Mendengar cerita teman yang mau menikah dalam waktu dekat dan mengalami bebarapa hambatan teknis dalam pengurusan administrasi, membuatku merasa penting untuk membagi pengalamanku dalam pengurusan syarat administrasi untuk mendaftar sebagai calon manten. Karena menurutku pengalamanku mengurus mudah dan lancer, maka aku ingin teman-temanku tahu sehingga tidak perlu khawatir ribet dan memakan waktu lama. Cukup cuti sehari, semua sudah beres. Aku akan menikah insya Alloh tanggal 18 Juni 2011 (masih 39 hari lagi), alhamdulillah semua persyaratan administrasi sudah kami (aku bersama mas Anton) selesaikan tanggal 11 April lalu. Terlalu dini mungkin bagi sebagian orang. Mengapa kami melakukannya? Pertama, kami berpendapat bahwa persiapan hendaknya dimulai dan dibereskan mulai dari yang terkait dengan diri kita sendiri dan yang paling penting, barulah lingkaran diperluas dengan memikirkan mengenai hal-hal yang terkait dengan lebih banyak orang. Kedua, karena kami menganggap penting untuk booking waktu akad, sehingga kami ingin jadwal menikah kami sudah antri di urutan pertama. Harapannya petugas KUA akan mendahulukan jika seandainya ada calon manten yang menggunakan waktu yang bersamaan.
Persiapanku kumulai dengan browsing tentang syarat yang diperlukan untuk mendaftar ke KUA. Melalui website yg kutemukan, aku ketahui jika syaratnya untuk masing-masing calon manten yaitu:
1. FC KTP 1 lembar
2. FC Kartu Keluarga 1 lembar
3. Foto berwarna ukuran 2×3 sebanyak 7 lembar dengan background biru
4. FC Akta lahir 1 lembar
5. FC KTP Wali (bagi calon manten perempuan)
6. FC Ijazah terakhir 1 lembar
7. Surat Pengantar dari Ketua RT untuk mendaftar pernikahan ke KUA, yang dicap dari RT sampai dengan Kepala Dukuh di tempat calon manten tinggal
8. Surat Keterangan dari Puskesmas
Setelah kuketahui syarat-syaratnya, maka aku mulai mempersiapkannya. Ini kulakukan sejak 3 bulan sebelum aku menikah. Langkah pertamaku adalah mencari surat pengantar dari RT dan RW. Cap dari pak Dukuh baru bisa diberikan jika aku )sebagai calon manten perempuan) sudah membawa berkas dari calon manten laki-laki. Jika para Ketua RT, RW berada di rumah maka proses ini akan selesai dalam sesore saja. Lalu aku mengafdruk foto. Kebetulan aku sudah punya foto terbaru dengan background biru, sehingga tinggal ku-afdruk saja. Sehari jadi. Selain itu penting untuk mengecek persediaan FC dari beebrapa surat penting yang kusebutkan di atas, jika diperlukan kita harus menggandakan secukupnya, dilebihi jumlahnya juga lebih baik. Tak lupa juga, aku menghubungi mas-ku untuk mempersiapkan syarat administrasi yang harus juga diurus olehnya di tempat tinggalnya. Dia perlu mengurus juga sampai ke Kecamatan lalu disatukan dengan syarat dariku untuk dibawa ke Dukuh. Dalam hal ini, dalam konteks calon manten laki-laki nunut menikah di kediaman calon penganten perempuan.
Oya, baru kuketahui bahwa masa berlaku berkas syarat menikah hanya berlaku selama 100 hari. Sehingga calon manten juga tidak bisa mempersiapkan berkas dan mendaftar terlalu dini karena bisa habis masa berlakunya sebelum hari H. Lalu yang perlu kupersiapkan sejak awal cukup syarat dari nomor 1 – 7, syarat no 8, baru bisa dilakukan setelah mendapatkan pengantar dari Kelurahan.
Untuk keperluan pengurusan mas-ku di domisilinya, aku membekali dengan FC KTP, FC KK, dan FC Wali (Bapak), jumlahnya masing-masing sebanyak 1 lembar. Ketiga lembar ini diperlukan calon manten laki-laki untuk pengurusan administrasi selain syarat dari dirinya pribadi. Setelah pengantar persyaratan di pihak calon manten laki-laki beres, mas Anton menitipkan semua berkas di rumahku agar lebih memudahkan dan antisipasi lupa atau tercecer.
Sampailah saat hari yang kita sepakati untuk mengurus pendaftaran. Berkas-berkas dariku (no. 1 – 7) dan berkas dari mas Anton sudah kusiapkan sejak pagi. Aku ambil cuti sehari. Pagi itu, gerimis sejak subuh. Kalau belum berencana urus ke KUA, aku mungkin akan males keluar rumah hehe. Kami berangkat jam 8.20 dari rumah. Tidak terlalu pagi karena perhitungan Kantor Kelurahan baru buka jam 08.30 dan sering juga lebih siang apalagi kalau gerimis. Waktu berangkat sudah kami perhitungkan karena sebelum ke Kelurahan kami harus ke rumah Pak Kepala Dukuh-ku untuk mendapatkan cap di Surat Pengantar dan mendaftarkan nunut nikah ke Pedukuhan.
Pak Dukuh menyambut kedatangan kami dengan semangat dan langsung mempersilakan kami masuk. Duduk di ruang tamu pendopo rumah beliau yang kadang berfungsi untuk PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), kami menunggu satu menit sebelum pak Dukuh keluar dengan membawa buku batik. Buku itu rupanya untuk menuliskan data-data mas Anton. Pak Dukuh juga memeriksa kelengkapan berkas kami sebelum dibawa ke kantor Kelurahan. Kira-kira lima belas menit kami di rumah pak Dukuh. Tidak ada biaya administrasi. Perjalanan dilanjutkan ke Kantor Kelurahan. Kami sampai kantor Kelurahan sudah jam 9 kurang dikit. Sudah banyak petugas yang terlihat asyik dengan aktifitas mereka yang tampak tidak terlalu sibuk. Karena aku tidak tahu pasti mana petugas yang melayani pengurusan Surat Pengantar, maka aku langsung masuk di ruangan untuk melayani informasi & bagian pelayanan umum. Berdasarkan petunjuk seorang ibu salah satu staf kelurahan, aku diarahkan ke seorang bapak yang melayani urusan yang kumaksud. Aku serahkan semua berkas kepada beliau. Lalu kami diminta menunggu di kursi tunggu (di luar ruangan). Agak lama kami menunggu di luar, akhirnya kami dipanggil karena sudah selesai. Foto kami ditinggal masing-masing 1 lembar di kelurahan sebagai data. Dari Kelurahan kami dapatkan surat pengantar untuk Periksa Kesehatan di Puskesmas dan Surat penganatar untuk ke KUA. Sebelum pergi, tak lupa membayar biaya administrasi, tarifnya Rp 5.000,- . Prakteknya, kelurahan akan lebih senang jika kita memberi lebih dari lima ribu.
Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 10.10. Kami bergegas menuju Puskesmas, yang kebetulan berada di sebelah kantor Kelurahan, untuk melakukan pemeriksaan kesehatan. Kami mengejar waktu agar masih bisa mendaftar sebelum tutup pendaftaran yang biasanya berakhir jam 11.00. Ternyata, dari petugas Puskesmas kami baru tahu jika pemeriksaan calon manten hanya dilakukan di Puskesmas Kecamatan (pusat), bukan di Puskesmas tingkat Kelurahan.
Tanpa menunggu lagi, kita langsung menuju Puskesmas Berbah (baca: aku tinggal di Kecamatan Berbah Kabupaten Sleman). Sudah lewat 5 menit dari pukul 10.30 kami baru sampai Puskesmas. Untunglah Puskesmas masih buka pendaftaran. Mas Anton segera menuju meja pendaftaran agar kami segera dapat mendapatkan layanan. Kami diberi lembar pemeriksaan, lalu diminta menunggu di kursi tunggu.
Kubaca lembar pemeriksaan, ada empat pemeriksaan yang mesti dijalani. Pertama, ada cek lab untuk mengetahui Golongan darah, memeriksa kehamilan, dan Hb. Lalu ada pemeriksaan gigi, bertemu psikolog untuk melakukan konseling, kemudian cek kondisi kesehatan secara umum (poli umum). Pemeriksaan pertama, hanya aku yang dipanggil ke ruang KIA. Setelah dipersilakan duduk dan bertanya data diri (umur, golongan darah), kemudian ibu di depanku bertanya “kapan hari pertama haid terakhir?”. Ada kalimat beliau yang sangat berkesan bagiku, “Nanti setelah cek Hb kembali lagi ke sini ya. Kalau hasilnya bagus nanti langsung saja program hamil karena umurnya sudah cukup, kalau Hb-nya rendah maka saya akan memberikan konseling terlebih dahulu”. Umurku sudah cukup? Aku tersenyum. Ini mungkin adalah ungkapan halus dari “aku sudah telat menikah”. Lalu aku diminta ke ruang laboratorium untuk pengecekan darah dan urine. Oleh petugas Laboratorium, darahku diambil untuk mengetahui kadar Haemoglobin. Kebetulan aku sudah tahu Golongan darahku sehingga tidak dilakukan cek ulang. Kemudian aku diminta menampung urine dan dia membekaliku dengan tabung pendek. Kuserahkan tabung berisi usrine lalu testpack dicelupkan ke dalamnya. Kulihat muncul satu garis di sana. Aku menjadi tahu bagaimana melakukan pengecekan kehamilan menggunakan testpack. Petugas laboratrium lalu menuliskan hasil ke secarik kertas dan memintaku untuk kembali ke ruang KIA. Ibu petugas kesehatan tersenyum membaca hasil laborat yng kubawa, ia membacakan hasilnya, “ini hasilnya bagus. Hb nya bagus, 12. Negative. Jadi langsung program hamil saja, kalaupun mau menunda 3-4 bulan saja”. Aku kembali tersenyum, “aku dan mas Anton sudah menyepakati untuk menjalani satu tahun untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian sehingga memutuskan untuk program hamil di tahun ke-2”. Aku kemudian disuntik TT. Penyuntikan dilakukan di lengan kiri atas. Menurut informasi yang kuperoleh dari temna-temanku, pasca suntik biasanya akan mengalami gejala meriang, demam, dan rasa tidak nyaman di tubuh.
Pemeriksaan setelahnya untuk dilakukan kami berdua, yaitu pemeriksaan gigi, bertemu Psikolog, dan ke Poli Umum. Kurasakan banyak keuntungan ketika kami berdua menjalani pemeriksaan bersama. Satu sama lain menjaid tahu kondisi kesehatan masing-masing sehingga kami saling tahu bagaimana menjaga dan mengatasi jika ada masalah kesehatan di kemudian hari. Setelah semua pemeriksaan kami lakukan, barulah Surat Keterangan mendapatkan tanda tangan dan cap dari Puskesmas. Biaya untuk pemeriksaan waktu itu sebesar Rp 62.500,- Petugas resepsionis masih sempat mengingatkan kepadaku agar kembali lagi bulan depan untuk mendapatkan suntikan TT yang kedua. Suntikan TT diberikan 5 kali, pada bulan ke-0 yaitu suntikan pertama (TT 1), TT 2 diberikan 4 minggu setelah TT 1 untuk kekebalan selama 3 tahun, TT 3 diberikan 6 bulan atau lebih setelah TT 2 untuk kekebalan selama 5 tahun, satu tahun kemudian TT 4 untuk 10 tahun, dan setahun kemudian TT 5 untuk kekebalan selama 25 tahun.
Jam sudah menunjukkan pukul 11.35 menit saat kami menuju KUA. Untungnya jarak tempuh hanya memerlukan 3 menit. Kami langsung memasuki ruangan KUA dan menemui seorang petugas di sana. Berkas langsung kuserahkan dan beliau memeriksa kelengkapan dan ketepatan isinya, termasuk menanyakan kebenaran tanggal lahir Bapakku sebagai Wali, beliau sanksi dengan tahun lahir Waliku yang tercetak 1962 secara umurku sudah 29 tahun saat ini. Rupanya banyak dijumpai oleh beliau salah ketik pada Surat Pengantar dari Kelurahan, terutama pada identitas Wali, mungkin ini terjadi karena petugas hanya menggunakan template berkas sebelumnya. Setelah semua persyaratan administrasi dinyatakan beres, beliau mengeluarkan sebuah buku seukuran seperempat halaman A4. Sampul buku bergambar pengantin dengan pakaian muslim, judulnya Keluarga Sakinah. Beliau lalu membuka-buka lembar dalam buku tersebut sambil memberi tausyiah. Cara penyampaian beliau yang mengalir dibarengi dengan bercerita bagaimana beliau menjalani pernikahannya, membuat tausyah tidak memberi kesan menasehati. Aku cukup senang karena beliau punya perspektif gender sehingga mampu menempatkan posisi perempuan dan laki-laki sesuai peran dan tranggung jawabnya tanpa dicampuri keyakinan-keyakinan yang seringkali bias. Alhamdulillah, aku merasa Alloh sengaja mempertemukan kami dengan beliau, sehingga kami mendapatkan bekal yang amat sangat berharga untuk menjadi bekal bagi kami memulai sebuah ibadah panjang tiada berakhir. Ibadah yang tidak mudah dan sederhana. Ibadah yang tidak hanya membutuhkan keluasan ilmu, melainkan juga memerlukan kerendahan hati untuk menerima masukan, fleksibilitas untuk menyelaraskan berbagai kepetingan, kelapangan waktu untuk berbagi, dan keikhlasan untuk menjaga amanah Alloh atas apa yang Alloh percayakan kepada kita (yaitu pasangan, keluarga pasangan, keturunan).
Biaya administrasi pengurusan berkas di KUA sebesar Rp 210.000,- plus harga buku saku Rp 10.000,- sehingga aku membayarkan sejumlah Rp 220.000. Alhamdulillah, tak sampai jam 13.45 semua proses sudah kami selesaikan. Semua lancar, kami merasa banyak kemudahan, kami merasa banyak terbantu oleh siapapun (semua orang) yang terlibat dalam suksesnya agenda kami hari itu. Dan kami juga yakin, kelancaran hari ini juga didukung oleh persiapan yang sudah kamni lakukan sebelumnya. Kami yakin, teman-teman (pembaca) akan bisa memiliki pengalaman positif dalam mempersiapkan pernikahan jika semua agenda dipersiapkan dengan serius dan cermat. Selamat mempersiapkan pernikahan
Tips:
1. Lembar FC (semua surat-surat penting yang diperlukan) sudah siap sebelum hari yang kita rencanakan untuk mengurus ke KUA
2. Ambil cuti khusus untuk mengurus dari Kelurahan – Puskesmas – KUA, dan pilih antara Senin-Kamis
3. Jika setelah TT terjadi bengkak pada lengan, maka kompreslah dengan air hangat di bagian yang bengkak. Jika demam, maka perbanyak minum air putih.
4. Siapkan uang secukupnya sebelum berangkat.